VARISES MENGHAMBAT PERSALINAN NORMAL
Ternyata, varises bukan cuma terjadi di kaki, tapi juga bisa di vagina dan anus. Hati-hati, karena berisiko terjadi perdarahan sewaktu persalinan. Bisa dipastikan, tak ada wanita yang tak ingin tampil indah. Begitu pun kala hamil. Itu sebab tak setiap wanita siap menghadapi perubahan tubuh yang terjadi saat hamil. Sekalipun perubahan itu terjadi di kaki semisal varises. Betapa tidak? Kehadiran tonjolan biru melingkar-lingkar seperti cacing ini membuat kaki yang semula mulus jadi hilang keindahannya.
Namun yang harus dicemaskan bukan hilangnya keindahan si kaki, melainkan si varises.
Pasalnya, hampir semua wanita hamil yang mengalami varises di kaki, di vaginanya pun ada varises. Ini berbahaya, lo, karena bisa menghambat persalinan, terutama bagi mereka yang melakukan persalinan secara normal atau pervaginam.
Bukan berarti yang kakinya mulus alias tak terkena varises, akan aman-aman saja. Soalnya, bisa terjadi si varises memang tak bersarang di kaki, melainkan di vagina dan jalan lahir atau di anus. "Bila varisesnya besar-besar di daerah jalan lahir atau dubur, akan berisiko terjadi perdarahan waktu persalinan, karena pembuluh darah yang membesar itu bisa pecah akibat tertekan tubuh janin saat meluncur keluar dalam persalinan," terang dr. Judi Januadi Endjun, SpOG, Sonologist, dari FK UPN Veteran/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Bahkan, saat mengejan pun, bisa saja pembendungan pada pembuluh-pembuluh darah di sekitar jalan lahir tak bisa ditahan oleh dinding pembuluh hingga pecah dan timbullah perdarahan hebat. Akibatnya, harus dilakukan bedah sesar pada si ibu untuk mencegah perdarahan hebat.
PERUBAHAN NORMAL
Varises, terang Judi, merupakan pelebaran pembuluh darah vena atau pembuluh darah balik yang diakibatkan kelemahan pada dinding otot pembuluh darah tersebut atau karena ada gangguan pada klep vena.
Saat hamil, wanita akan mengalami perubahan hormonal, terutama peningkatan hormon progesteron. Perubahan hormonal yang besar itu mengakibatkan terjadi perubahan fisik dan psikis yang nyata. Misal, payudara membesar dan aerola mammae yang tampak lebih kehitaman, tubuh terasa lemas, pusing, serta merasa mual-muntah.
Nah, perubahan hormonal juga berpengaruh pada dinding pembuluh darah, yaitu membuat elastisitas dinding pembuluh darah makin bertambah, hingga dinding pembuluh darah (baik arteri maupun vena) makin lentur. Akibatnya, pembuluh darah jadi tambah besar dan melebar. Namun pembesaran dan pelebaran ini terlihat lebih nyata pada pembuluh darah vena karena pembuluh darah vena lebih tipis dibanding pembuluh darah arteri (nadi).
Pelebaran pembuluh darah ini perlu untuk memenuhi kebutuhan janin, agar aliran darah dan volume darah yang memang makin meningkat pada wanita hamil dapat tersuplai dengan baik, hingga pertumbuhan janin pun berlangsung normal. Bukankah rahim yang membesar butuh penyediaan aliran darah yang banyak, hingga pembuluh-pembuluh darah yang menjadi tempat darah mengalir akan bertambah besar dan banyak?
Namun, akibat efek mekanik penekanan rahim, maka aliran darah balik dari anggota gerak bawah dan panggul mengalami hambatan hingga terjadi bendungan yang bisa menyebabkan pelebaran vena atau varises.
TERGANTUNG BESAR RAHIM
Pada wanita hamil, umumnya varises terjadi di daerah panggul dan anggota gerak bagian bawah. Soalnya, pembuluh-pembuluh darah di daerah itulah yang berhubungan erat dengan rahim. Sementara kemunculannya bisa kapan saja, bahkan bisa sejak kehamilan trimester pertama, tergantung sebelumnya sudah ada varises atau tidak. Yang jelas, tegas Judi, sejalan bertambahnya usia kehamilan, biasanya varises makin tambah parah.
Varises bertambah besar bila aliran darah di pembuluh vena mengalami bendungan. Pembendungan bisa terjadi, seperti diungkap di atas, akibat efek mekanik penekanan rahim. Adapun besarnya pembendungan aliran darah amat tergantung besarnya rahim. Makanya, varises makin parah di bulan-bulan terakhir kehamilan karena beban perut makin besar. Bukankah makin bertambah usia kehamilan, rahim pun akan makin besar? Nah, rahim yang makin besar ini, makin lama makin menekan pembuluh darah balik yang terdapat di bagian bawah perut.
Selain itu, bagian kepala janin yang sudah turun ke rongga panggul juga mempengaruhi. Akibatnya, aliran peredaran darah di daerah itu tak lancar. Aliran darah yang terhambat dan terbendung inilah yang tampak sebagai tonjolan di bawah kulit. Pada betis, tonjolan itu tampak sebagai garis-garis panjang warna hijau kebiru-biruan.
Pembesaran ini makin diperparah oleh sikap tubuh yang salah semisal berdiri terus-menerus, duduk yang terlalu lama, dan sering mengangkat beban berat. Terlebih bila wanita hamil kurang berolahraga. Itu sebab, wanita hamil dianjurkan rajin berolah raga agar aliran darah tetap lancar.
Sementara varises di anus yang lebih dikenal dengan istilah ambeien, salah satu pemicunya adalah kebiasaan buang air besar dengan cara duduk. Mereka yang kurang menkonsumsi makanan berserat pun punya kecenderungan cukup besar untuk menderita varises di anus.
Kecenderungan varises juga makin besar terjadi pada wanita yang pernah hamil dan melahirkan anak lebih dari 2 kali maupun wanita hamil usia di atas 40 tahun. Penyebabnya, tak lain ada arteriosclerosis (penebalan dinding pembuluh darah) yang berdampak dinding pembuluh darah jadi kehilangan daya lentur/elastisitasnya. Kekakuan dinding arteri ini akan menghambat aliran vena, hingga varises pun timbul.
Selain tentu saja varises juga terjadi pada mereka yang memang berbakat.
SULIT DIOBATI
Untuk varises di kaki, pembesaran bisa dicegah dengan memakai stocking khusus. Sayang, stocking ini tak nyaman dipakai karena menimbulkan rasa gerah lantaran iklim di Indonesia yang panas.
Sementara pembesaran varises di vagina dan anus, tak ada alat khusus yang bisa mencegahnya. Namun bila wanita hamil rajin mengangkat kaki dengan cara menaruhnya di atas bantal kala sedang tidur-tiduran atau membaca buku, sedikit banyak bisa membantu melancarkan aliran darah. Dengan cara ini diharapkan beban yang harus ditopang kaki jadi makin berkurang. Selain penggunaan sepatu, sebaiknya dengan hak maksimal 2 cm agar aliran darah tak terhambat. Kemudian saat tidur, usahakan jangan berbaring hanya dalam satu posisi untuk menghindari tekanan pada pembuluhpembuluh darah di satu tempat.
Akan halnya pengobatan varises, biasanya cuma bersifat mengurangi keluhan. Soalnya, varises yang terjadi saat kehamilan amat sulit diobati. Selain harus memperhitungkan dampak negatif yang mungkin terjadi pada janin, juga proses terjadi varises berkaitan dengan kehamilan. Bukankah makin tua usia kehamilan akan makin besar rahim, hingga makin besar pula efek bendungan pada pembuluh-pembuluh vena hingga varises makin besar?
Makanya, saran Judi, mereka yang berbakat atau sudah punya penyakit ini, sebaiknya varises diobati sebelum hamil. Jikapun keluhannya sudah terasa mengganggu, akan diberi obat oles yang memunculkan efek menghangatkan. Kadang juga diberi vitamin tambahan yang bekerja untuk syaraf seperti vitamin B1, B6, dan B12. Atau bahkan diberi suntikan yang bersifat mengurangi rasa sakit, karena varises yang parah akan dirasakan pegal-pegal, panas, dan sakit oleh si ibu hingga membuatnya sering merasa tak nyaman serta menimbulkan banyak keluhan dan stres. Tentu obat suntiknya harus dipilih yang aman bagi janin.
TAK BISA NORMAL LAGI
Menurut Judi, wanita yang pada kehamilan pertamanya mengalami varises, biasanya pada kehamilan kedua dan seterusnya akan makin parah varisesnya. Soalnya, elastisitas otot-otot jadi berubah, hingga varises yang diderita pun makin berat. Pada kasus ini, biasanya untuk kembali normal akan sulit, hingga jalan operasilah yang bisa mengatasinya.
Umumnya, varises yang terjadi karena kehamilan akan hilang sendiri setelah kelahiran bayi. Bukankah dengan mengecilnya rahim, pembendungan tak ada lagi, hingga aliran darah pun lancar kembali? Namun begitu, untuk sebagian wanita mungkin saja tak bisa normal kembali. Jadi, varisesnya masih tampak besar-besar, hingga perlu penanganan dokter lebih lanjut.
Waktu menghilangnya pun tak sama pada masing-masing ibu. Ada yang dalam waktu cepat bisa hilang, misal, setelah kelahiran bayi, tapi ada pula yang hingga waktu nifas baru hilang. "Tiap wanita punya ciri dan sifat sendiri dalam tubuhnya, termasuk dalam susunan pembuluh darahnya," kata Judi. Hal ini pula yang menyebabkan tak setiap wanita akan mengalami varises.
Sumber: Indah Mulatsih . Ilustrasi : Pugoeh (nakita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar