7/21/2008

Cuti dari Rutinitas Rumah Tangga

Artikel ini menurutku sangat menarik... bisa jadi pembangun buat aku yang berperan sebagai Ibu Rumah Tangga... SOSOK ibu merupakan sumber inspirasi yang tidak pernah kering. Figur ibu dapat menjadi bahan tulisan yang menghangatkan jiwa bagi siapa saja yang membacanya. Coba saja membaca buku “chicken soup for the mother soul” dijamin perasaan kita terharu dibuatnya. Banyak kisah yang bisa terungkap melalui sosok seorang ibu. Kasihnya, bimbingannya, ketabahannya, keberaniannya, pengorbanannya, saat-saat istimewa bersamanya, dan masih banyak lagi yang lainnya. Setiap orang tentunya memiliki pengalaman pribadi yang berbeda dengan sosok ibu. Tergantung bagaimana sosok ibu itu menjalankan peranannya. Pastinya, anak adalah orang yang paling dekat yang senantiasa berinteraksi dengan sang ibu. Bagaimanapun sosok ibu memainkan perannya pada kehidupan sang anak, seorang ibu tetaplah seorang ibu, yang patut dihargai. Karena pengorbanan melekat erat pada sosok ibu. Setelah perempuan menjadi seorang ibu, barulah ia dapat merenungkan kebahagiaan dan kesulitan menjadi ibu. Menjadi ibu memang merupakan suatu peran yang membawa konsekuensi dan tanggung jawab yang tidak ringan. Sama seperti menjadi ayah, jika ayah bekerja dikantor, ibu bekerja dirumah. Masing-masing memiliki tantangan dan kesulitan yang berbeda. Masalahnya, kebanyakan masyarakat kita masih menganggap remeh profesi sebagai ibu rumah tangga. Banyak ibu yang merasa malu jika berstatus pekerjaan sebagai ibu rumah tangga alias tidak bekerja kantoran. Dan menganggap ibu bekerja sebagai profesi yang lebih bergengsi, karena adanya penghargaan berupa jenjang karir dan tentu saja penghasilan berupa uang atau materi lainnya. Agar perempuan merasa bangga dan menikmati profesinya sebagai ibu rumah tangga, perlu membekali dirinya dengan pemahaman bahwa pekerjaan ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang rendah dan sia-sia. Justru sebuah pekerjaan mulia yang berperan besar dalam mempertahankan eksistensi generasi penerus. Profesi sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan rumah yang bernilai besar karena ada hubungannya dengan kelangsungan hidup manusia lain. Pekerjaan penting dan berperan besar bagi kemanusiaan. Penghasilan dari pekerjaan ini lebih banyak berupa kepuasan ruhani daripada uang. Hasilnya dapat dinikmati seumur hidup. Penghargaan dan gaji yang diperoleh dari pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah pahala besar dan bonus berupa surga dari Allah, jika pekerjaan ini dilakukan dengan ikhlas. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dianggap remeh, mungkin karena kebanyakan para ibu selain mengurus anak, suami, dan aktivitas rumah tangganya, lebih memilih mengisi waktu luangnya dengan jalan-jalan, nonton tv, ngerumpi atau shopping, yaitu kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan tidak produktif. Kegiatan yang tidak mencerdaskan ibu dalam menjalankan pekerjaan profesional sebagai ibu rumah tangga. Padahal profesi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang membutuhkan profesionalisme dan kecerdasan. Sama seperti pekerjaan lainnya yang juga menuntut keahlian, keterampilan, dan ilmu. Karena erat hubungannya dengan kualitas anak bangsa yang diamanahkan Allah kepada kaum ibu. Tapi sepertinya kebanyakan ibu melakukan kegiatan tersebut sebagai sarana melepas stres dari aktivitas dan rutinitas rumah tangga. Kenyataannya tidak ada pekerjaan yang bebas dari stres. Dalam keadaan tidak seimbang, baik fisik dan mental, seseorang akan menjadi target berbagai sumber stres setiap harinya. Mungkinkah seorang ibu cuti ? Bukankah ibu juga bekerja ? Seperti ayah yang bisa cuti dari pekerjaan di kantor. Seorang ibu juga perlu istirahat dari rutinitas rumah tangga yang tidak ada habisnya, dari bangun tidur sampai tidur kembali. Bila kejenuhan telah melahirkan penyakit fisik dan mental, kenapa tidak mengistirahatkannya ? Bukankah dengan istirahat, ibu bisa segar kembali dalam menjalani rutinitasnya? Hal ini bisa terjadi jika ada kesadaran dari ibu bahwa mereka pun butuh istirahat. Rasanya logis dan bijaksana bila para ibu diistirahatkan. Mengistirahatkan hati dan pikiran dari rutinitas rumah tangga. Bagaimana prakteknya? Terserah pada kesepakatan masing-masing pasangan, yang penting luruskan niat. Cuti disini bukanlah kegiatan hura-hura yang hanya berdampak sementara. Pada saat bersenang-senang, merasa seakan menikmati istirahat. Tapi ketika kembali ke rutinitas, rasa jenuh dan beban bermunculan lagi. Istirahat akan bermanfaat jika dampaknya dapat memperbaharui rasa syukur kepada Allah dan memantapkan kembali pemahaman dalam menjalankan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Dengan demikian ibu akan merasa pengorbanannya tidak sia-sia. Mengisi waktu luang (istirahat) atau sambil melakukan aktivitas rumah tangga dengan dzikir, tahajud, memperbanyak ilmu melalui buku, kegiatan-kegiatan yang menambah profesionalisme dalam pekerjaan rumah tangga akan lebih bermanfaat bagi para ibu. Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mengagumkan. Bayangkan seorang ibu meski waktunya dipenatkan oleh berbagai aktivitas rumah tangga juga mampu mengimbanginya dengan ibadah untuk mengingat Allah. Betapapun kelelahan, waktunya yang tetap sama dengan jumlah jam yang kaum lelaki lalui, masih mampu dilewatinya untuk belajar dan mengasah kecerdasannya. Tanpa meninggalkan rumah, ke-intelektual-an nya tetap akan diakui. Seorang ibu sangat ahli dalam menjalankan pekerjaannya, ia tahu pekerjaan mana yang harus didahulukan. Mengurus anak anak dulu atau melayani suami dulu atau pekerjaan rumah tangga lainnya. Inilah sosok ibu rumah tangga ideal yang mejadi dambaan setiap wanita. InsyaAllah, cuti ibu akan berdampak positif bagi seluruh anggota keluarga. Sehingga para ibu patut merasa berbangga dengan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Bagi para ibu yang bekerja diluar rumah atau bekerja kantoran hendaknya niat dan tujuannya bekerja didasari oleh keinginan memanfaatkan waktu luangnya secara lebih terarah sesuai dengan kapasitas ilmu dan keahlian yang dimilikinya sebagai pengabdian kepada Allah yaitu mengamalkan ilmu bagi kebaikan umat manusia. Bukan sekedar untuk mengejar materi, jabatan atau karir, dan pujian semata. Nah, selamat menikmati cuti (istirahat) ibu ! Semoga cuti ibu dapat menjadi charger positif yang bermanfaat bagi diri ibu dan memantapkan komitmen terhadap profesi ibu ketika kembali menjalankan profesionalisme sebagai ibu rumah tangga. InsyaAllah. Oleh : Rahmadona Fitria Research Associate dibidang Pengembangan Anak Banjarbaru

7/21/2008

Cuti dari Rutinitas Rumah Tangga

Artikel ini menurutku sangat menarik... bisa jadi pembangun buat aku yang berperan sebagai Ibu Rumah Tangga... SOSOK ibu merupakan sumber inspirasi yang tidak pernah kering. Figur ibu dapat menjadi bahan tulisan yang menghangatkan jiwa bagi siapa saja yang membacanya. Coba saja membaca buku “chicken soup for the mother soul” dijamin perasaan kita terharu dibuatnya. Banyak kisah yang bisa terungkap melalui sosok seorang ibu. Kasihnya, bimbingannya, ketabahannya, keberaniannya, pengorbanannya, saat-saat istimewa bersamanya, dan masih banyak lagi yang lainnya. Setiap orang tentunya memiliki pengalaman pribadi yang berbeda dengan sosok ibu. Tergantung bagaimana sosok ibu itu menjalankan peranannya. Pastinya, anak adalah orang yang paling dekat yang senantiasa berinteraksi dengan sang ibu. Bagaimanapun sosok ibu memainkan perannya pada kehidupan sang anak, seorang ibu tetaplah seorang ibu, yang patut dihargai. Karena pengorbanan melekat erat pada sosok ibu. Setelah perempuan menjadi seorang ibu, barulah ia dapat merenungkan kebahagiaan dan kesulitan menjadi ibu. Menjadi ibu memang merupakan suatu peran yang membawa konsekuensi dan tanggung jawab yang tidak ringan. Sama seperti menjadi ayah, jika ayah bekerja dikantor, ibu bekerja dirumah. Masing-masing memiliki tantangan dan kesulitan yang berbeda. Masalahnya, kebanyakan masyarakat kita masih menganggap remeh profesi sebagai ibu rumah tangga. Banyak ibu yang merasa malu jika berstatus pekerjaan sebagai ibu rumah tangga alias tidak bekerja kantoran. Dan menganggap ibu bekerja sebagai profesi yang lebih bergengsi, karena adanya penghargaan berupa jenjang karir dan tentu saja penghasilan berupa uang atau materi lainnya. Agar perempuan merasa bangga dan menikmati profesinya sebagai ibu rumah tangga, perlu membekali dirinya dengan pemahaman bahwa pekerjaan ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang rendah dan sia-sia. Justru sebuah pekerjaan mulia yang berperan besar dalam mempertahankan eksistensi generasi penerus. Profesi sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan rumah yang bernilai besar karena ada hubungannya dengan kelangsungan hidup manusia lain. Pekerjaan penting dan berperan besar bagi kemanusiaan. Penghasilan dari pekerjaan ini lebih banyak berupa kepuasan ruhani daripada uang. Hasilnya dapat dinikmati seumur hidup. Penghargaan dan gaji yang diperoleh dari pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah pahala besar dan bonus berupa surga dari Allah, jika pekerjaan ini dilakukan dengan ikhlas. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dianggap remeh, mungkin karena kebanyakan para ibu selain mengurus anak, suami, dan aktivitas rumah tangganya, lebih memilih mengisi waktu luangnya dengan jalan-jalan, nonton tv, ngerumpi atau shopping, yaitu kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan tidak produktif. Kegiatan yang tidak mencerdaskan ibu dalam menjalankan pekerjaan profesional sebagai ibu rumah tangga. Padahal profesi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang membutuhkan profesionalisme dan kecerdasan. Sama seperti pekerjaan lainnya yang juga menuntut keahlian, keterampilan, dan ilmu. Karena erat hubungannya dengan kualitas anak bangsa yang diamanahkan Allah kepada kaum ibu. Tapi sepertinya kebanyakan ibu melakukan kegiatan tersebut sebagai sarana melepas stres dari aktivitas dan rutinitas rumah tangga. Kenyataannya tidak ada pekerjaan yang bebas dari stres. Dalam keadaan tidak seimbang, baik fisik dan mental, seseorang akan menjadi target berbagai sumber stres setiap harinya. Mungkinkah seorang ibu cuti ? Bukankah ibu juga bekerja ? Seperti ayah yang bisa cuti dari pekerjaan di kantor. Seorang ibu juga perlu istirahat dari rutinitas rumah tangga yang tidak ada habisnya, dari bangun tidur sampai tidur kembali. Bila kejenuhan telah melahirkan penyakit fisik dan mental, kenapa tidak mengistirahatkannya ? Bukankah dengan istirahat, ibu bisa segar kembali dalam menjalani rutinitasnya? Hal ini bisa terjadi jika ada kesadaran dari ibu bahwa mereka pun butuh istirahat. Rasanya logis dan bijaksana bila para ibu diistirahatkan. Mengistirahatkan hati dan pikiran dari rutinitas rumah tangga. Bagaimana prakteknya? Terserah pada kesepakatan masing-masing pasangan, yang penting luruskan niat. Cuti disini bukanlah kegiatan hura-hura yang hanya berdampak sementara. Pada saat bersenang-senang, merasa seakan menikmati istirahat. Tapi ketika kembali ke rutinitas, rasa jenuh dan beban bermunculan lagi. Istirahat akan bermanfaat jika dampaknya dapat memperbaharui rasa syukur kepada Allah dan memantapkan kembali pemahaman dalam menjalankan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Dengan demikian ibu akan merasa pengorbanannya tidak sia-sia. Mengisi waktu luang (istirahat) atau sambil melakukan aktivitas rumah tangga dengan dzikir, tahajud, memperbanyak ilmu melalui buku, kegiatan-kegiatan yang menambah profesionalisme dalam pekerjaan rumah tangga akan lebih bermanfaat bagi para ibu. Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mengagumkan. Bayangkan seorang ibu meski waktunya dipenatkan oleh berbagai aktivitas rumah tangga juga mampu mengimbanginya dengan ibadah untuk mengingat Allah. Betapapun kelelahan, waktunya yang tetap sama dengan jumlah jam yang kaum lelaki lalui, masih mampu dilewatinya untuk belajar dan mengasah kecerdasannya. Tanpa meninggalkan rumah, ke-intelektual-an nya tetap akan diakui. Seorang ibu sangat ahli dalam menjalankan pekerjaannya, ia tahu pekerjaan mana yang harus didahulukan. Mengurus anak anak dulu atau melayani suami dulu atau pekerjaan rumah tangga lainnya. Inilah sosok ibu rumah tangga ideal yang mejadi dambaan setiap wanita. InsyaAllah, cuti ibu akan berdampak positif bagi seluruh anggota keluarga. Sehingga para ibu patut merasa berbangga dengan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Bagi para ibu yang bekerja diluar rumah atau bekerja kantoran hendaknya niat dan tujuannya bekerja didasari oleh keinginan memanfaatkan waktu luangnya secara lebih terarah sesuai dengan kapasitas ilmu dan keahlian yang dimilikinya sebagai pengabdian kepada Allah yaitu mengamalkan ilmu bagi kebaikan umat manusia. Bukan sekedar untuk mengejar materi, jabatan atau karir, dan pujian semata. Nah, selamat menikmati cuti (istirahat) ibu ! Semoga cuti ibu dapat menjadi charger positif yang bermanfaat bagi diri ibu dan memantapkan komitmen terhadap profesi ibu ketika kembali menjalankan profesionalisme sebagai ibu rumah tangga. InsyaAllah. Oleh : Rahmadona Fitria Research Associate dibidang Pengembangan Anak Banjarbaru